Selasa, 03 Mei 2011

Cara memilih teman sejati

Pengalaman saya selama ini mempunyai teman yang baik-baik namun juga ada yang sebaliknya mungkin awal-awalnya saja yang baik tapi kalau sudah tidak cocok dalam bersikap atau dari bahasa yang berbeda bisa menimbulkan perpecahan yang serius yang kadang bisa menimbulkan permusuhan yang tidak akan ada habisnya ,yang sering terjadi menurut saya itu pada saat saling adanya saling kesalah pahaman antara satu dengan yang lain ,maka komunikasi itu sangat lah baik untuk jarak pertemanan kita ,kadang pula mungkin bosan dengan gaya ,atau cara bersikap antara satu dengan yang lain yang bisa menimbulkan kecemburuan sosial mungkin rekan-rekan biasa menemui masalah seperti itu maka saya akan bagi tips-tips cara memilih teman sejati diantaranya teman yang :

Mempunyai sifat baik budinya

Gak suka mengadu domba

Tidak melihat seseorang dari penampilan luarnya

Bukan pemfitnah

Tidak akan berbohong

Saling mengerti

Tidak egois

Saling mengingatkan satu sama lain

Bisa menjaga kepercayaan



Dan didalam berteman kita harus dapat membedakan ilmu apakah yang bermanfaat & tidak bermanfaat, mana yang benar dan yang salah. Selain itu, Dalam hal keagamaan, kita harus saling mengingatkan dalam hal ibadah. Karena yang kita butuhkan bukan kebutuhan dunia saja melainkan kebutuhan akhirat. Apabila rekan-rekan masih bingung…! saya sarankan untuk minta-lah petunjuk kepada ALLAH bagi yang islam dan bagi yang selain islam, mintalah petunjuk kepada orang tua yg lebih tua dari kita dan mempunyai pengalaman segudang… semoga bermanfaat bagi rekan-rekan dan sukses mencari teman sejati !Amien .

Selasa, 26 April 2011

Masalah Ahmadiyah Bukan Perbedaan Seperti NU-Muhammadiyah

Pekalongan, NU Online 
 
 Masalah Ahmadiyah bukanlah perbedaan pendapat (khilafiyah) seperti halnya yang terjadi di kalangan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Paham yang dianut Ahmadiyah yang mengakui adanya nabi setelah Nabi Muhammad tak bisa ditolelir karena hal itu menyangkut akidah.
Pendapat tersebut dikemukakan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin, di Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu (26/4) malam. Demikian dilaporkan Kontributor NU Online, Abdul Muiz.

Din menjelaskan, dalam Islam, Muhammad adalah Rasulullah dan Nabi terakhir. Hal itu merupakan ajaran paling mendasar di dalam Islam. Menurutnya, jika Ahmadiyah mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi setelah Muhammad, maka keberadaannya tak bisa dipertahankan lagi.

“Apa yang dilakukan Ahmadiyah bukan lagi masalah khilafiyah seperti antara NU dan Muhammadiyah, tetapi sudah menyangkut masalah akidah tentang pengakuan adanya nabi baru,” tegas Din.

Karena itu, ia mengatakan sangat mendukung diterbitkannya Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri terkait rencana pembubaran dan pelarangan Ahmadiyah.

Hal senada diungkapkan Habib Luthfi bin Ali bin Yahya, Rais Aam Idaroh Aliyah Jam’iyyah Ahlit Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah. Namun, ia meminta kepada semua pihak agar tidak melakukan tindakan kekerasan pada pengikut Ahmadiyah.

Menurut Habib Luthfi, pengikut Ahmadiyah juga perlu dilindungi. “Mereka juga saudara kita yang masih mengucapkan Syahadat. Mereka harus kita rangkul kembali untuk menjadi sebuah kekuatan Islam,” terangnya.

Umat Islam yang lain, kata Habib Luthfi harus mampu menyadarkan dan mengajak para pengikut Ahmadiyah agar kembali pada ajaran Islam yang benar. “Bukan lantas didemo dengan cara menghancurkan rumah dan tempat ibadah mereka,” pungkasnya.

Ia pun berharap NU bisa berperan dalam menyadarkan kembali pengikut Ahmadiyah yang telah menyimpang dari ajaran Islam. Di samping itu, sikap tegas pemerintah, tidak perlu ditanggapi secara berlebihan. (rif) sumber: nu.or.id

Template by : kendhin x-template.blogspot.com